Miopi dan Hipermetropi merupakan istilah yang sering kita dengar ketika membahas materi tentang cacat mata. Istilah ini merupakan istilah ilmiah yang digunakan untuk mewakili cacat mata rabun dekat dan rabun jauh.
Kali ini kita akan membahas lebih dekat tentang apa dan bagaimana perbedaan Miopi dan Hipermetropi namun dalam pembahasan yang lebih singkat, padat, dan jelas.
Miopi (Rabun Jauh)
Miopi (terkadang kita juga mendengar istilah miopia) atau rabun jauh adalah keadaan dimana bayangan yang dihasilkan oleh mata terjadi di depan layar mata (retina). Kondisi ini terjadi akibat bayangan tidak dapat difokuskan dengan baik karena kornea mata mengalami kelengkungan yang besar atau bola mata terlalu panjang. Perhatikan gambar berikut!
Tidak sedikit buku pelajaran sekolah menjelaskan bahwa miopi terjadi akibat lensa mata tidak mampu mencekung dengan baik. Dengan kata lain, terjadinya miopi akibat daya akomodasi mata yang tidak sempurna lagi. Penderita rabun jauh mengalami gangguan untuk melihat jauh secara normal, artinya mereka tidak dapat melihat jauh dengan jelas.
Gejala umum yang sering kita lihat pada penderita Miopi adalah penderita harus lebih mendekatkan objek yang dilihat ke arah mata. Pada kondisi yang sangat parah, objek yang dilihat bahkan harus diletakkan sangat dekat ke mata.
Untuk membantu penderita rabun jauh agar dapat melihat dengan normal diperlukan bantuan penggunaan kacamata berlensa cekung, dalam hal ini lensa cekung memiliki jarak fokus yang bernilai negatif (minus). Untuk menentukan seberapa besar kekuatan kacamata yang diperlukan oleh penderita, diperlukan pengukuran terhadap seberapa besar jarak terjauh yang masih dapat dilihat oleh penderita.
Contoh cara menentukan kekuatan lensa untuk penderita rabun jauh dapat anda baca pada postingan yang berjudul: Contoh Soal Rabun Jauh. Sedangkan rumus kekuatan lensa untuk rabun jauh dapat anda baca disini.
Hipermetropi (Rabun Dekat)
Hipermetropi atau biasa dikenal dengan Rabun Dekat merupakan kondisi kebalikan dari rabun jauh. Cacat mata ini mengakibatkan penderita rabun dekat tidak dapat melihat dekat secara jelas. Mungkin kita sering melihat ibu atau ayah kita harus membaca buku dengan posisi yang harus dijauhkan, nah kondisi seperti itulah yang mewakili bagaimana penderita hipermetropi dalam melihat dekat.
Kondisi hipermetropi adalah kondisi dimana bayangan yang merupakan hasil pembiasan cahaya terjadi di belakang layar mata (retina). Hal ini dapat disebabkan oleh kornea mata mengalami kelengkuangan yang kecil atau bola mata terlalu pendek. Perhatikan gambar berikut ini!
Akibat bayangan yang jatuh dibelakang layar mata, penderita Hipermetropi tidak melihat dekat secara normal. Sehingga objek yang dilihat harus digeser menjauh dari mata agar bayangan “maju” hingga terbentuk di layar mata.
Umumnya, jarak terdekat bagi mata normal berkisar 25 cm sampai 30 cm. Pada beberapa buku pelajaran, Jarak terdekat untuk mata normal biasanya dituliskan 25 cm namun tidak sedikit pula yang menuliskan 30 cm.
Untuk membantu penderita rabun dekat agar dapat melihat dekat dengan jelas diperlukan bantuan penggunaan kacamata berlensa positif atau cembung. Seperti halnya pada penderita rabun jauh, agar diketahui berapa kekuatan lensa yang diperlukan oleh penderita diperlukan pengukuran terlebih dahulu oleh orang yang lebih paham tentang hal ini.
Agar lebih jelasnya tentang bagaimana menghitung kekuatan lensa yang diperlukan oleh penderita hipermetropi, silahkan baca postingan yang berjudul: Rumus Jarak Fokus Rabun Dekat, atau dipostingan lain yang berjudul: Rumus Rabun Dekat.
****************************************************************
Sepertinya cukup dulu penjelasannya ya. Mudah-mudahan dapat dilanjutkan pada kesempatan berikutnya. Jika Anda ingin berlangganan berita terbaru dari blog ini, silahkan masukkan email anda pada kolom berlangganan di sidebar kanan. Terima kasih ata kunjungannya.